Sabtu, 17 Maret 2018

Tugas 1


Inggrid Diani Prihastari

15614342

4SA01

 

 

Korowai Tribe, an Isolated Tribe in the Inland of Papua


There are many tribes in Papua, every tribes have their own language, culture, and tradition. One of the most unique tribe that many have not heard of is the Korowai tribe in Papua. The tribe was first encountered by the outside world by the Christian missionaries in the 1970’s. The Korowai tribe in Papua lives in the remote inland of Papua and has isolated themselves from the rest of the world until being found by the Christian missionaries.
The Korowai tribe in Papua, have traditions, language, and cultures that are completely different from other more well-known Papua tribes such as Dani, Asmat, and others. For instance, they do not use koteka, one of the most iconic item from Papua. Instead, they only use clothes that are being made from leafs. Not only that, the Korowai tribe in Papua build their houses at the top of the tree, with the height that can reach around 50 meter above ground level. These houses are called Rumah Tinggi or the High House. These houses are designed by the Korowai tribe in Papua to protect them from flood, wildfire, and wild animal attacks.

The Korowai tribe is also known as great hunters who hunts for their food. They usually hunt for wild animals like boars, cassowaries, snakes, lizards, and deer. There is however, a misconception that the Korowai tribe also included human in their food chain. True, that the Korowai tribe practices cannibalism. But, they do not consume human out of hunger or feeding necessity. They consume human as a form of punishment for those who are deemed guilty of practicing witchcraft (khuakhua). Yes, you read that correctly. Cannibalism in Korowai tribe is a part of their judicial system. The meat of the khuakhua is usually shared to all of the village members in their tribe. However, along the the time, and the Korowai tribe is becoming more and more open to the outside world, this tradition of cannibalism slowly diminishes.

Because of the isolation and the uniqueness of their culture, many scholars have come to Papua to study them. The first case of Korowai tribe study was in 1979 by the dutch missionaries. Later on he built a settlement that is being called Yarinuma. Since then, the Korowai tribe in Papua has opened up to the outside world. The team from Human Planet documentary, BBC, have even came and visited them in January – February 2011, to record the unique culture. One Anthropologist from Reed College, Oregon, Rupert Stasch, has even lived with them for 16 months to study and observe their culture.

Source: http://papuanews.org/korowai-tribe-papua/


Translate:

Suku Korowai, Suku Terasing di Pedalaman Papua
Ada banyak suku di Papua yang memiliki bahasa, budaya dan tradisinya masing-masing. Suku paling unik yang tidak banyak diketahui adalah suku Korowai di Papua. Suku ini pertama kali dijamah dunia luar yaitu oleh misionaris Kristen tahun 1970an. Suku Korowai hidup di pedalaman terpencil Papua dan telah mengasingkan diri mereka dari seluruh dunia sampai akhirnya ditemukan oleh misionaris Kristen.

Suku Korowai memiliki tradisi, bahasa, dan budaya yang sangat berbeda dari suku Papua terkenal lain seperti Dani, Asmat, dan lain-lain. Misalnya mereka tidak memakai koteka, hal yang paling melambangkan Papua. Mereka malah hanya memakai pakaian yang terbuat dari dedaunan. Tidak hanya itu, suku Korowai membangun rumahnya di atas pohon, dengan ketinggian mencapai 50 meter diatas permukaan tanah. Rumah ini disebut Rumah Tinggi. Rumah ini dirancang oleh suku Korowai untuk melindungi mereka dari banjir, kebakaran dan serangan hewan liar.

Suku Korowai juga dikenal sebagai pemburu hebat yang berburu untuk mencari makan. Mereka biasanya memburu hewan liar seperti babi hutan, kasuari, ular, kadal dan rusa. Namun ada kesalahpahaman bawa suku Korowai juga memasukan manusia dalam rantai makananya. Benar, bahwa suku Korowai menerapkan kanibalisme. Tetapi mereka tidak memakan manusia karena lapar atau kebutuhan makanan. Mereka memakan manusia sebagai bentuk hukuman bagi mereka yang dianggap bersalah karena melakukan sihir (khuakhua). Ya, kamu membaca dengan benar. Kanibalisme di suku Korowai adalah bagian dari sistem peradilan mereka. Daging khuakhua biasanya dibagikan ke semua anggota desa suku Korowai. Tetapi, seiring berjalannya waktu, suku Korowai menjadi lebih membuka diri kepada dunia, tradisi kanibalisme inipun perlahan mulai dikurangi.

Karena keterasingan dan keunikan budaya mereka, banyak ilmuwan datang ke Papua untuk mempelajarinya. Penelitian kasus pertama suku Korowai adalah tahun 1979 oleh misionaris Belanda. Kemudian dia membuat permukiman yang disebut Yarinuma. Sejak saat itu, suku Korowai membuka diri kepada dunia. Tim dari dokumenter Human Planet, BBC, pernah datang dan mengunjungi mereka pada Januari-Februari 2011 untuk merekam keunikan budayanya. Seorang antropolog asal Reed College, Oregon, Rupert Stasch, bahkan pernah tinggal bersama mereka selama 16 bulan untuk belajar dan mengamati kebudayaan mereka.

Sumber: http://papuanews.org/korowai-tribe-papua/


Google translate:

Suku Korowai, Suku Terisolasi di Pedalaman Papua
Ada banyak suku di Papua, setiap suku memiliki bahasa, budaya, dan tradisi masing-masing. Salah satu suku paling unik yang belum pernah didengar banyak adalah suku Korowai di Papua. Suku ini pertama kali dihadapi oleh dunia luar oleh misionaris Kristen di tahun 1970an. Suku Korowai di Papua tinggal di pedalaman terpencil di Papua dan telah mengisolasi diri dari belahan dunia lainnya sampai ditemukan oleh misionaris Kristen.

Suku Korowai di Papua, memiliki tradisi, bahasa, dan budaya yang sangat berbeda dari suku Papua lainnya yang lebih terkenal seperti Dani, Asmat, dan lainnya. Misalnya, mereka tidak menggunakan koteka, salah satu barang paling ikonik dari Papua. Sebaliknya, mereka hanya menggunakan pakaian yang terbuat dari daun. Tidak hanya itu, suku Korowai di Papua membangun rumah mereka di puncak pohon, dengan ketinggian yang bisa mencapai sekitar 50 meter di atas permukaan tanah. Rumah-rumah ini disebut Rumah Tinggi atau Rumah Tinggi. Rumah-rumah ini dirancang oleh suku Korowai di Papua untuk melindungi mereka dari serangan banjir, api, dan hewan liar.

Suku Korowai juga dikenal sebagai pemburu hebat yang berburu makanan mereka. Mereka biasanya berburu binatang liar seperti babi hutan, kasuari, ular, kadal, dan rusa. Namun ada kesalahpahaman bahwa suku Korowai juga termasuk manusia dalam rantai makanan mereka. Benar, bahwa suku Korowai mempraktekkan kanibalisme. Tapi, mereka tidak mengkonsumsi manusia karena kelaparan atau kebutuhan makan. Mereka mengkonsumsi manusia sebagai bentuk hukuman bagi mereka yang dianggap bersalah karena melakukan sihir (khuakhua). Ya, Anda membacanya dengan benar. Kanibalisme di suku Korowai adalah bagian dari sistem peradilan mereka. Daging khuakhua biasanya dibagi ke semua anggota desa di suku mereka. Namun, seiring waktu, dan suku Korowai menjadi semakin terbuka terhadap dunia luar, tradisi kanibalisme ini perlahan berkurang.

Karena isolasi dan keunikan budaya mereka, banyak ilmuwan datang ke Papua untuk mempelajarinya. Kasus pertama studi suku Korowai terjadi pada tahun 1979 oleh misionaris Belanda. Kemudian dia membangun sebuah pemukiman yang disebut Yarinuma. Sejak saat itu, suku Korowai di Papua telah membuka diri terhadap dunia luar. Tim dokumenter Human Planet, BBC, bahkan datang dan mengunjungi mereka pada Januari - Februari 2011, untuk merekam budaya unik tersebut. Seorang antropolog dari Reed College, Oregon, Rupert Stasch, bahkan pernah tinggal bersama mereka selama 16 bulan untuk belajar dan mengamati kebudayaan mereka.

Sumber: http://papuanews.org/korowai-tribe-papua/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar