Inggrid Diani Prihastari
15614342
4SA01
Korowai
Tribe, an Isolated Tribe in the Inland of Papua
There are many
tribes in Papua, every tribes have their own language, culture, and tradition.
One of the most unique tribe that many have not heard of is the Korowai tribe
in Papua. The tribe was first encountered by the outside world by the Christian
missionaries in the 1970’s. The Korowai tribe in Papua lives in the remote
inland of Papua and has isolated themselves from the rest of the world until
being found by the Christian missionaries.
The Korowai tribe in Papua, have traditions, language,
and cultures that are completely different from other more well-known Papua
tribes such as Dani, Asmat, and others. For instance, they do not use koteka,
one of the most iconic item from Papua. Instead, they only use clothes that are
being made from leafs. Not only that, the Korowai tribe in Papua build their
houses at the top of the tree, with the height that can reach around 50 meter above ground level.
These houses are called Rumah Tinggi or the High House. These
houses are designed by the Korowai tribe in Papua to protect them from flood,
wildfire, and wild animal attacks.
The Korowai tribe is also known as great hunters who
hunts for their food. They usually hunt for wild animals like boars,
cassowaries, snakes, lizards, and deer. There is however, a misconception that
the Korowai tribe also included human in their food chain. True, that the
Korowai tribe practices cannibalism. But, they do not consume human out of
hunger or feeding necessity. They consume human as a form of punishment for those who are
deemed guilty of practicing witchcraft (khuakhua).
Yes, you read that correctly. Cannibalism in Korowai tribe is a part of their
judicial system. The meat of the khuakhua is usually
shared to all of the village members in their tribe. However, along the the
time, and the Korowai tribe is becoming more and more open to the outside
world, this tradition of cannibalism slowly diminishes.
Because of the isolation and the uniqueness of their
culture, many scholars have come to Papua to study them. The first case of
Korowai tribe study was in 1979 by the dutch missionaries. Later on he
built a settlement that is being called Yarinuma. Since
then, the Korowai tribe in Papua has opened up to the outside world. The team
from Human Planet documentary, BBC, have even came and visited them in January – February 2011, to record the unique culture.
One Anthropologist from Reed College, Oregon, Rupert Stasch, has even lived
with them for 16 months to study and observe their culture.
Source:
http://papuanews.org/korowai-tribe-papua/
Translate:
Suku
Korowai, Suku Terasing di Pedalaman Papua
Ada banyak
suku di Papua yang memiliki bahasa, budaya dan tradisinya masing-masing. Suku paling
unik yang tidak banyak diketahui adalah suku Korowai di Papua. Suku ini pertama
kali dijamah dunia luar yaitu oleh misionaris Kristen tahun 1970an. Suku
Korowai hidup di pedalaman terpencil Papua dan telah mengasingkan diri mereka
dari seluruh dunia sampai akhirnya ditemukan oleh misionaris Kristen.
Suku
Korowai memiliki tradisi, bahasa, dan budaya yang sangat berbeda dari suku
Papua terkenal lain seperti Dani, Asmat, dan lain-lain. Misalnya mereka tidak memakai koteka, hal
yang paling melambangkan Papua. Mereka malah hanya memakai pakaian yang terbuat
dari dedaunan. Tidak hanya itu, suku Korowai membangun rumahnya di atas pohon,
dengan ketinggian mencapai 50 meter diatas permukaan tanah. Rumah ini disebut
Rumah Tinggi. Rumah ini dirancang oleh suku Korowai untuk melindungi mereka dari
banjir, kebakaran dan serangan hewan liar.
Suku
Korowai juga dikenal sebagai pemburu hebat yang berburu untuk mencari makan. Mereka
biasanya memburu hewan liar seperti babi hutan, kasuari, ular, kadal dan rusa. Namun
ada kesalahpahaman bawa suku Korowai juga memasukan manusia dalam rantai
makananya. Benar, bahwa suku Korowai menerapkan kanibalisme. Tetapi mereka
tidak memakan manusia karena lapar atau kebutuhan makanan. Mereka memakan
manusia sebagai bentuk hukuman bagi mereka yang dianggap bersalah karena
melakukan sihir (khuakhua). Ya, kamu
membaca dengan benar. Kanibalisme di suku Korowai adalah bagian dari sistem peradilan
mereka. Daging khuakhua biasanya
dibagikan ke semua anggota desa suku Korowai. Tetapi, seiring berjalannya
waktu, suku Korowai menjadi lebih membuka diri kepada dunia, tradisi kanibalisme
inipun perlahan mulai dikurangi.
Karena
keterasingan dan keunikan budaya mereka, banyak ilmuwan datang ke Papua untuk
mempelajarinya. Penelitian kasus pertama suku Korowai adalah tahun 1979 oleh
misionaris Belanda. Kemudian dia membuat permukiman yang disebut Yarinuma. Sejak saat itu, suku Korowai membuka diri kepada
dunia. Tim dari dokumenter Human Planet, BBC, pernah datang dan mengunjungi mereka
pada Januari-Februari 2011 untuk merekam keunikan budayanya. Seorang antropolog
asal Reed College, Oregon, Rupert Stasch, bahkan pernah tinggal bersama mereka
selama 16 bulan untuk belajar dan mengamati kebudayaan mereka.
Sumber:
http://papuanews.org/korowai-tribe-papua/
Google translate:
Suku
Korowai, Suku Terisolasi di Pedalaman Papua
Ada
banyak suku di Papua, setiap suku memiliki bahasa, budaya, dan tradisi
masing-masing. Salah satu suku paling unik yang belum pernah didengar banyak
adalah suku Korowai di Papua. Suku ini pertama kali dihadapi oleh dunia luar
oleh misionaris Kristen di tahun 1970an. Suku Korowai di Papua tinggal di
pedalaman terpencil di Papua dan telah mengisolasi diri dari belahan dunia
lainnya sampai ditemukan oleh misionaris Kristen.
Suku
Korowai di Papua, memiliki tradisi, bahasa, dan budaya yang sangat berbeda dari
suku Papua lainnya yang lebih terkenal seperti Dani, Asmat, dan lainnya.
Misalnya, mereka tidak menggunakan koteka, salah satu barang paling ikonik dari
Papua. Sebaliknya, mereka hanya menggunakan pakaian yang terbuat dari daun.
Tidak hanya itu, suku Korowai di Papua membangun rumah mereka di puncak pohon,
dengan ketinggian yang bisa mencapai sekitar 50 meter di atas permukaan tanah.
Rumah-rumah ini disebut Rumah Tinggi atau Rumah Tinggi. Rumah-rumah ini
dirancang oleh suku Korowai di Papua untuk melindungi mereka dari serangan
banjir, api, dan hewan liar.
Suku
Korowai juga dikenal sebagai pemburu hebat yang berburu makanan mereka. Mereka
biasanya berburu binatang liar seperti babi hutan, kasuari, ular, kadal, dan
rusa. Namun ada kesalahpahaman bahwa suku Korowai juga termasuk manusia dalam
rantai makanan mereka. Benar, bahwa suku Korowai mempraktekkan kanibalisme.
Tapi, mereka tidak mengkonsumsi manusia karena kelaparan atau kebutuhan makan.
Mereka mengkonsumsi manusia sebagai bentuk hukuman bagi mereka yang dianggap
bersalah karena melakukan sihir (khuakhua). Ya, Anda membacanya dengan benar.
Kanibalisme di suku Korowai adalah bagian dari sistem peradilan mereka. Daging
khuakhua biasanya dibagi ke semua anggota desa di suku mereka. Namun, seiring
waktu, dan suku Korowai menjadi semakin terbuka terhadap dunia luar, tradisi
kanibalisme ini perlahan berkurang.
Karena
isolasi dan keunikan budaya mereka, banyak ilmuwan datang ke Papua untuk
mempelajarinya. Kasus pertama studi suku Korowai terjadi pada tahun 1979 oleh
misionaris Belanda. Kemudian dia membangun sebuah pemukiman yang disebut
Yarinuma. Sejak saat itu, suku Korowai di Papua telah membuka diri terhadap
dunia luar. Tim dokumenter Human Planet, BBC, bahkan datang dan mengunjungi
mereka pada Januari - Februari 2011, untuk merekam budaya unik tersebut.
Seorang antropolog dari Reed College, Oregon, Rupert Stasch, bahkan pernah
tinggal bersama mereka selama 16 bulan untuk belajar dan mengamati kebudayaan
mereka.
Sumber:
http://papuanews.org/korowai-tribe-papua/